Yang menarik, dalam daftar terbaru yang dirilis tersebut, terjadi peningkatan dan perubahan dari posisi-posisi mereka sebelumnya. Yang tadinya tidak masuk sepuluh besar, bahkan berada di atas peringkat 30, kini masuk daftar teratas. Hal itu terjadi, karena adanya perbaikan dari pendapatan dan kinerja perusahaan-perusahaan yang para wanita tersebut kelola.
Berikut kesepuluh wanita eksekutif yang sukses dalam Fortune's 50 Most Powerful Women: The International Power 50 seperti yang dikutip dari laman CNN, Jumat 11 Oktober 2013:
1. Maria das Gracas Foster
Wanita berusia berusia 60 tahun yang menjabat Chief Executive Officer (CEO) Petrobas, Brasil, ini masih menduduki peringkat pertama.
2. Guller Sabanci
Wanita berusia 58 tahun yang menjabat sebagai Chairman and Managing Director Sabanci Holding ini menduduki peringkat kedua. Tahun lalu, bos dari perusahaan asal Turki ini menduduki peringkat keenam. Sabanci terpilih karena perusahaan elektronik Jerman, Siemens, memilihnya sebagai anggota dewan pengawas. Dia juga seorang advokat berpengalaman dari Turki untuk Uni Eropa. Dia pun mengetuai sebuah visi yang akan menembus sepuluh besar perusahaan global pada 2023.
Kini, Sabanci mempekerjakan 60 ribu orang pada perusahaannya, dan usahanya beragam, mulai dari semen hingga energi. Pendapatan perusahaan pada 2012 mencapai US$1 miliar dari sektor energi. Saat ini, nilai kapitalisasi pasar perusahaan mencapai US$10 miliar dan hampir meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir.
3. Gail Kelly
Pada tahun lalu, wanita berusia 57 tahun ini menduduki peringkat kedua. Kini, seorang managing director and CEO Westpac, Australia ini terpaksa turun satu tingkat di bawah Sabanci.
4. Chanda Kochhar
Wanita berusia 51 tahun yang menjabat Managing Director and CEO ICCI Bank, India ini berhasil naik satu peringkat dibandingkan tahun lalu di posisi kelima.
5. Annika Falkengren
Falkengren (51 tahun) adalah seorang President and CEO SEB, yaitu suatu perusahaan asal Swedia. Sekarang, dia berhasil merangkak empat peringkat dari tahun sebelumnya, yaitu dari peringkat sembilan menjadi urutan kelima.
6. Karen Agustiawan
Indonesia patut berbangga hati. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) berusia 54 tahun ini mampu menduduki peringkat keenam pada daftar perempuan berpengaruh versi majalah ini. Tahun lalu, Karen hanya menduduki peringkat ke-19. Majalah Fortune melirik wanita ini, karena Karen telah memperbarui kontrak senilai US$70 miliar. Dia juga merupakan wanita CEO pertama yang berhasil membawa Pertamina menembus peringkat Fortune Global 500 Company.
Tahun lalu, di bawah masa jabatannya, Pertamina berhasil meraup untung sebesar US$2,7 miliar dan ini adalah profit terbesar perusahaan pelat merah ini selama 45 tahun terakhir. Tidak hanya itu, global bond senilai US$5 juta yang telah diterbitkan Pertamina, telah mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) sebanyak empat kali.
7. Sock Koong Chua
Pada tahun ini, wanita 55 tahun yang menjabat CEO Singapore Telecommunications ini berhasil naik satu peringkat dari sebelumnya peringkat delapan menjadi ke-7.
8. Alison Cooper
Sedangkan Cooper berusia 47 tahun, CEO Imperial Tobacco Group, Inggris, turun peringkat dari sebelumnya bercokol di posisi ketujuh menjadi kedelapan.
9. Carolyn McCall
Pada tahun ini, McCall (52 tahun) telah berada di posisi terbaiknya. Sebab, dari sebelumnya ada di peringkat 35, berhasil menduduki posisi ke-9. Hal itu terjadi, sejak perusahaannya, easyJet bergabung dengan FTSE100, di mana pendapatan maskapai ini mencapai US$6 miliar. Pada 2010, keuntungan perusahaan yang berkedudukan di Inggris ini naik sebesar 13 persen dan sahamnya menguat 161 persen.
10. Maria Ramos
CEO of Barclays Africa Group berusia 54 tahun ini berhasil masuk 10 besar daftar wanita pengusaha yang paling berpengaruh di dunia dari tahun sebelumnya berada di posisi ke-11.
Tanggapan Karen Agustiawan Pengusaha Asal Indonesia
Karen Agustiawan, yang berhasil menembus peringkat ke-6 dalam daftar perempuan paling berpengaruh versi Fortune Global, mengatakan bahwa keberhasilannya memperbaiki peringkat itu merupakan penghargaan bagi Pertamina dan bangsa Indonesia. Karen juga termasuk salah satu dari sembilan wanita pebisnis berpengaruh yang mengalami perubahan posisi positif terbesar (big movers and new comers).
"Tanpa dukungan penuh seluruh komponen bangsa, Pertamina tidak akan bisa mencapai prestasi seperti saat ini," kata Karen dalam keterangan tertulisnya di Jakarta. Fortune menilai, Karen sangat layak berada pada peringkat keenam tahun ini berdasarkan pertimbangan keberhasilannya dalam mengelola perusahaan dengan pendapatan US$70 miliar. Sementara itu, laba bersih yang dihasilkan Pertamina mencapai US$2,7 miliar.
Perolehan laba yang naik 15 persen dari tahun sebelumnya tersebut, menjadi pencapaian tertinggi dalam sejarah perusahaan berdiri. Selama menjabat sebagai Direktur Utama Pertamina, Karen membawa Pertamina melakukan langkah-langkah terobosan, seperti perubahan visi perusahaan menjadi World Class National Energy Company.
Dia juga membentuk direktorat gas untuk menjawab tantangan ketahanan energi Indonesia di masa depan, dan lebih agresif dalam upaya mencapai profitable downstream. Langkah Karen di antaranya terkait rencana pembangunan dan bottom upgrading kilang, pemasaran ekspor pelumas ke 24 negara, serta mempertahankan pangsa pasar domestik sebesar 60 persen. Pertamina juga mampu menjaga pertumbuhan produksi minyak rata-rata 6,6 persen per tahun dalam lima tahun terakhir.
Peringkat Pertamina Meningkat Berkat Karen Agustiawan
Sementara itu, berkat tangan dingin Karen Agustiawan, untuk pertama kalinya, perusahaan energi pelat merah Indonesia tersebut masuk dalam daftar 500 perusahaan terbesar di dunia dan berada di peringkat 122. Pertamina berhasil mengalahkan berbagai perusahaan dunia lainnya seperti Toshiba, Johnson&Johnson, Unilever, PepsiCo, dan ConocoPhilips. Pertamina juga menjadi perusahaan pertama Indonesia yang berhasil masuk daftar bergengsi tersebut.
Tolak ukur utama pemeringkatan ini adalah besaran pendapatan perusahaan, termasuk pendapatan anak perusahaan (consolidated gross revenue). Selain itu, perusahaan disyaratkan harus telah mempublikasikan laporan keuangan. Indikasi lain adalah penyertaan modal pemegang saham, kapitalisasi pasar, keuntungan, dan jumlah karyawan. "Tentunya ini merupakan kebanggaan bagi Indonesia dan kami mengucapkan terima kasih atas dukungan seluruh rakyat Indonesia sehingga Pertamina bisa berkiprah di tingkat internasional sebagai flag carrier bangsa Indonesia," kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat Pertamina, Ali Mundakir, kepada VIVAnews.
Fortune mencatat pendapatan Pertamina pada 2012 mencapai US$70,9 juta dengan laba US$2,7 juta. Aset Pertamina saat ini diperkirakan US$40,8 juta dengan jumlah pegawai mencapai 24.784 orang. Peringkat pertama masih duduki oleh Royal Dutch Shell selama dua tahun berturut-turut, diikuti oleh peritel Wal-Mart dan Exxon Mobil. Tujuh dari 10 besar dalam daftar Fortune 500 bergerak di sektor energi.
Berhasilnya Pertamina masuk dalam daftar Fortune 500 memudahkan perusahaan yang dipimpin oleh Karen Agustiawan ini untuk mencapai target menembus daftar 100 perusahaan terbesar versi majalah tersebut pada 2025. Pertamina telah membangun roadmap 2025, yaitu membangun bisnis baru energi terbarukan dan petrokimia nasional. Dalam roadmap itu, Pertamina menargetkan masuk dalam jajaran 100 perusahaan terbesar versi Fortune.
Foto ABG Bookingan